LOGIKA
INFORMATIKA
Disusun
oleh
Danar
Ardian Pramana, M.Sc
D-IV
TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK
HARAPAN BERSAMA
TEGAL
2015
BAB I
PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA
1.
Pendahuluan
Logika (Logic)
berasal dari kata bahasa Yunani “logos”. Definisi logika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip- prinsip dari
penalaran argumen yang valid. Logika adalah studi tentang kriteria-kriteria
untuk mengevaluasi argumen-argumen dengan menentukan mana argumen yang valid dan
mana yang tidak valid, dan membedakan antar argumen yang baik dengan yang tidak
baik.
Logika
dipelajari sebagai sistem formal yang menjelaskan peranan sekumpulan
rumus-rumus ataupun sekumpulan aturan untuk derivasi. Derivasi dipahami sebagai
pembuktian validitas argumen yang kuat dengan didukung kenyataan bahwa
kesimpulan yang benar harus diperoleh dari premis-premis yang benar.
2.
Argumen
Argumen adalah
suatu usaha untuk mencari kebenaran dari pernyataan berupa kesimpulan, dengan
berdasarkan kebenaran dari satu kumpulan pernyataan yang disebut premis-premis.
Bentuk argumen artinya sekumpulan pernyataan yang terdiri dari premis-premis
dan diikuti satu kesimpulan.
Contoh 1.
Semua mahasiswa
D4 Teknik Informatika pandai.
Badu adalah
mahasiswa D4 Teknik Informatika.
Dengan demikian,
Badu pandai.
logika yang
dibahas di sini hanya berhubungan dengan kesimpulan yang valid.
Contoh 1 tetap
dapat dikatakan valid, karena kesimpulannya tetap mengikuti premis-premisnya
dan validitasnya dapat dibuktikan dengan menggunakan aturan-aturan logika yang
telah diterima keabsahannya.
3.
Validitas argumen
Validitas
argumen adalah premis-premis yang diikuti oleh suatu kesimpulan yang berasal
dari premis-premisnya yang bernilai benar. Validitas dapat dibedakan dengan
kebenaran dari kesimpulan. Jika satu atau lebih premis-premis salah, maka
kesimpulan dari argumen tersebut juga salah. Validitas dapat diartikan tidak
mungkin kesimpulan yang salah diperoleh dari premis-premis yang benar. Atau
premis-premis yang benar tidk mungkin menghasilkan kensimpulan yang salah.
Lihat contoh berikut:
Contoh 1-2.
Semua mamalia
adalah hewan berkaki empat
Semua manusia
adalah mamalia
Dengan demikian,
semua manusia adalah
hewan berkaki
empat.
Contoh 1-2
adalah argumen yang valid, tetapi dengan premis pertama yang salah, karena
kesimpulannya tetap mengikuti premis-premisnya. Dilain pihak dapat terjadi
suatu argumen tidak valid, tetapi mempunyai kesimpulan yang bernilai
benar. Lihat contoh berikut
Contoh 1-4
Ada jenis
makhluk hidup berkaki dua.
Semua manusia
adalah makhluk hidup
Dengan demikian,
semua manusia berkaki dua.
Argumen di atas
jelas tidak valid, tetapi menghasilkan kesimpulan yang benar meskipun tidak
mengikuti premis-premisnya.
Validitas yang logis
adalah hubungan antara premis-premis dengan kesimpulan yang memastikan bahwa
jika premis-premis benar, maka harus diikuti dengan kesimpulan yang benar, yang
diperoleh dengan menggunakan aturan-aturan logika. Kesimpulan juga harus
berasal dari premis-premisnya. Lihat contoh berikut:
Contoh 1-5
Semua mahasiswa
rajin belajar.
Badu seorang
mahasiswa.
Dengan demikian,
Dewi rajin belajar.
Kesimpulan pada
contoh di atas jelas tidak ada hubungannya dengan premis-premisnya,walaupun
bisa saja bernilai benar dan premis-premis bernilai benar, tetapi bukan argumen
yang kuat secara logis.
Argumen logis
disebut kuat secara logis, jika dan hanya jika argumennya valid dan semua
premis-premisnya bernilai benar.
Sebagai
pembanding perhatikan contoh berikut:
Contoh 1-6
Semua binatang
dapat terbang.
Gajah adalah
binatang.
Dengan demikian,
gajah dapat terbang.
Argumen ini
dapat dikatakan valid, tetapi validitasnya tidak kuat. Karena jelas premis
pertama pada Contoh 1-5 salah, walaupun bisa disebut valid, tetapi jelas
validitas yang tidak kuat. Jadi suatu argumen logis dapat disebut kuat jika dan
hanya jika memenuhi dua persyaratan berikut:
a. Argumen valid
b. Semua
premis-premisnya benar.
BAB II
PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL
1.
Pendahuluan
Dilihat dari
bentuk struktur kalimatnya, suatu pernyataan akan memiliki n=bentuk susunan
minimal terdiri dari subjek yang diikut predikat baru kemudian dapat diikuti
oleh obyeknya. Perhatikan contoh berikut:
Contoh 2-1.
·
Dewi belajar
·
Badu adalah seorang mahasiswa yang
pandai pada mata kuliah logika matematika.
Kalimat pertama
hanya memiliki subjek dan predikat, sedangkan kalimat kedua memiliki subjek
predikat objek dan keterangan. Setiap pernyataan yang hanya memiliki satu nilai
benar atau salah disebut proporsi sehingga logika yang menangani atau memproses
atau memanipulasi penarikan kesimpulan secara logis dari proporsi-prosporsi
disebut logika proporsional. Proporsi-proporsi dapat digabung dan dimanipulasi
sehingga membentuk proporsi yang rumit. Penggabungan tersebut dilakukan dengan
perangkai-perangkai sehingga disebut proporsi majemuk. Perhatikan contoh
berikut:
Contoh 2-2.
·
Belajarlah!
Jadi, kata tersebut dapat diubah
menjadi kalimat yang lengkap tanpa mengubah artinya sehingga dapat menjadi:
·
Anda harus belajar dengan rajin!
Tetapi pada
contoh 2-2 anda akan menjumpai dua buah proporsi
Contoh 2-3.
·
Belajarlah, atau Anda gagal!
Jadi, kalimat lengkapnya adalah
·
Anda harus belajar dengan rajin atau
Anda akan gagal.
2.
Argumen-Argumen
Argumen merupakan kumpulan pernyataan
yang disebut premis-premis dan diikuti oleh kesimpulan yang selaras dengan
premis-premisnya. Ada argumen yang dikatakan kuat, tetapi adapula yang secara
logis tidak kuat. Berikut contoh argumen yang kuat:
Contoh 2-4.
1)
Jika Anda rajin belajar, maka Anda lulus
ujian.
2)
Jika Anda lulus ujian, maka Anda senang.
3)
Dengan demikian, jika Anda belajar
rajin, maka Anda akan senang.
Pernyataan 1)
dan 2) merupakan premis-premis dari argumen, sedangkan pernyataan 3) merupakan
kesnimpulan yang mengikuti atau berasal dari premis-premisnya. Jika
premis-premis bernilai benar, maka kesimpulan juga harus bernilai benar,
sehingga argumen tersebut disebut argumen yang secara logis kuat. Jadi tidak
mungkin suatu premis-premis yang bernilai benar akan diikuti oleh kesimpulan
yang bernilai salah, atau premis-premisnya yang bernilai salah tidak mungkin menghasilkan kesimpulan
yang bernilai benar.
Perhatikan
berikut ini:
A = Anda belajar
rajin.
B = Anda lulus
ujian.
C = Anda senang.
Selanjutnya,
bentuk argumen tersebut menjadi:
1)
Jika A, maka B
2)
Jika B, maka C
3)
Jika A, maka C
3.
Proporsi-Proporsi
Proporsi
merupakan pernyataan apa saja ynag mempunyai nilai benar dan salah. Perhatikan
contoh berikut:
Contoh 2-5.
·
Angka 9 adalah angka sial.
·
Hari selasa adalah hari sial.
·
Angka 7 adalah angka keberuntungan.
·
Warna merah adalah warna bahagia.
Contoh-contoh
pernyataan diatas akan menimbulkan perbedatan karena tidak semua orang
mempunyai pendapat yang sama. Selain itu, pernyataan yang berupa kalimat tanya
dan kalimat perintah tidak bisa dipakai pada proposisi.
Contoh 2.6.
·
Badu, kerjakan tugas tersebut!
·
Badu, apakah engkau sudah mengerjakan
tugas tersebut?
Suatu proposisi
juga tidak boleh digantikan dengan proposisi lain yang artinya sama.
Contoh 2-7.
·
Badu tidak lapar.
·
Badu kenyang.
Pada pernyataan
pertama dengan kedua arti kalimatnya sama, tetapi pada proporsi, jika dijumpai
adanya contoh seperti pernyataan pertama dan pernyataan kedua, maka pemberiak
variabel proposisi harus berlainan karena proposisi tidak diizinkan menafsir
arti kalimatnya.
Contoh 2-8.
A = Badu lapar,
maka “Tidak A” = Badu tidak lapar.
B = Badu
kenyang, maka “Tidak B” = Badu tidak kenyang.
Jadi tidak
dipernolehkan mengganti “Tidak A” dengan B, walaupun artinya sama.
4.
Pemberian Nilai
Huruf A, B, C,
dan seterusnya digunakan untuk menggantikan proposisi dan disebut
variabel-variabel proposisional, dan hanya memiliki nilai benar (True T) dan
salah (False F). Jadi pemberian nilai pada variabel proposional hanya T dan F.
BAB III
TABEL KEBENARAN
1.
Pendahuluan
Logika hanya
berhubungan dengan bentuk-bentuk logis dari argumen-argumen, serta penarikan
kesmpulan tentang validitas dari argumen tersebut. Logika tidak
mempermasalahkan arti sebenarnya dari pernyataan tersebut, ataupun isi dari
pernyataan.
Contoh 3-1.
Manusia
mempunyai 2 mata
Badu seorang
manusia
Maka Badu
mempunyai 2 mata
Contoh 3-2.
Binatang
mempunyai 2 mata
Manusia
mempunyai 2 mata
Maka binatang
sama dengan manusia.
Sesekali perlu
diingat bahwa logika tidak mempermasalahkan arti atau isi suatu pernyataan,
tetapi hanya bentuk logika dari pernyataan itu. Logika hanya menekankan bahwa
premis-premis yang benar harus menghasilkan kesimpulan yang benar (valid). Lagi
pula, premis-premis yang benar tidak mungkin menghasilkan kesimpulan yang
salah, atau premis-premis yang salah menghasilkan kesimpulan yang benar.
2.
Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran
adalah suatu tabel yang menunjukan secara sistematis satu demi satu nilai-nilai
kebenaran sebagai hasil kombinasi dari proposisi-proposisi yang sederhana.
Penekanan logika pada penarikan kesimpulan tentang validitas suatu argumen
untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat abstrak, yang dibangun dengan memakai
kaidah-kaidah dasar logika tentang kebenaran dan ketidakbenaran yang
menggunakan perangkai logika.
Perangkai-perangkai
logika yang digunakan adalah
perangkai
|
simbol
|
dan
|
˄
|
atau
|
˅
|
Bukan
|
¬
|
jika...maka...
|
Þ
|
Jika
dan hanya jika
|
⟺
|
1.
Konjungsi
Konjungsi adalah
kata lain dari perangkai “dan” dengan tabel kebenaran sebagai berikut:
A
|
B
|
A˄B
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
2.
Disjungsi
Disjungsi adalah
kata lain dari perangkai “atau” dengan tabel kebenaran sebagai berikut:
A
|
B
|
A˅B
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
3.
Negasi
negasi adalah
kata lain dari perangkai “bukan” dengan tabel kebenaran sebagai berikut:
A
|
¬A
|
¬¬A
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
4.
Implikasi
Implikasi
menggantikan perangkai jika...maka...
A
|
B
|
AÞB
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
5.
Ekuivalensi
Ekuivalensi
dengan simbol ⟺
menggantikan perangkai “jika dan hanya jika” dengan tabel kebenaran sebagai
berikut:
A
|
B
|
A⟺B
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
BAB IV
PROPORSI MAJEMUK
1.
Pendahuluan
Perangkai
logika untuk mengkombinasikan proporsi-proporsi atomik menjadi proporsi
majemuk. Untuk menghindari kesalahan tafsir akibat adanya ambiguitas satu
dengan lainnya, proporsi majemuk yang akan dikerjakan lebih dulu akan diberi
tanda kurung sehingga proporsi-proporsi dengan perangkai-perangkai yang berada
dalam tanda kurung disebut fully presenthesised expressiaon (fpe).
Proporsi
majemuk yangs angat rumait dapat dipercah-pecarh menjadi subekspresi-subekspresi
dan seterusnya tergantung tingkat kerumitannya. Tiknik ini dimanakan parsing.
Akan tetapi mungkin saja proporsi majemuk tidak memiliki tanda kurung. Oleh
karena itu, untuk proses pengerjaannya harus ditentukan terlebih dahulu dan
harus ada ketentuan yang mengatur pengurutan tersebut.
2.
Ekspresi logika
Ekspresi logika sebenarnya adalah
proporsi-proporsi yang dibangun dengan variabel-vareiable logika yang berasal
dari pernyataan atau argumen. Jadi, variabel logis, dapat dinamakan ekspresi logika
atau formula. Proporsi atomik berisi satu variabel proporsional atau astu
konstanta proporsional. Proporsi majemuk berisi minumum satu perangkai, dengan
lebih dari satu variabel proporsional. Setiap ekspresi logika dapat bersifat
atomik atau majemuk tergantung dari variabel proporsional yang membentuknya
bersama perangkai yang relevan.
Contoh 4-1.
Jika Dewi rajin berlajar, maka ia lulus
ujian dan ia dapat hadiah istimewa.
Pernyataan diatas dapat diubah menjadi
variabel proporsional:
A = Dewi rajin belajar.
B
= Dewi lulus ujian.
C
= Dewi mendapat hadiah istimewa.
Dalam
bentuk ekspresi logika berubah menjadi:
AÞB˄C
Persoalannya adalah ada dua kemungkinan
perngerjaan, yakni:
((AÞB)˄C)
atau (AÞ(B˄C))
Inilah pentingnya ketepatan pemberian
tanda kurung biasa sehingga menjadi suatu ekspresi logika yang fpe dan dengan
tepat melakukanpengoperasikan sesuai aturannya.
3.
Skema
Skema merupakan satu cara untuk
menyederhanakan suatu proporsi majemuk yang rumit dengan memberi huruf tertentu
untuk menggantikan satu subekspresi ataupun sub-ekspresi. Suatu ekspresi logika
tertentu, misalnya (A˄B) dapat diganti dengan P sedangkan (AvB) dapat diganti
dengan Q. Namun P dan Q tidak dapat dikatakan sebagai variabel Proporsional.
Contoh 4-2
P = (A˄B) dan Q = (A˅B), maka (PÞQ) = ((A˄B) Þ(A˅B))
Perhatikan hal berikut:
1.
Ekspresi berbentuk ¬P disebut negasi
2.
Ekspresi berbentuk P˄Q disebut konjungsi
3.
Ekspresi berbentuk PÞQ
disebut implikasi
4.
Ekspresi berbentuk P⟺Q disebut ekuivalensi
Maka contoh diatas ((A˄B) Þ(A˅B)) disebut
implikasi yang berisi konjungsi (A˄B) dan disjungsi (A˅B).
Perhatikan
aturan berikut:
1.
Semua ekspresi atomik adalah fpe.
2.
Jika P adalah fpe, maka ¬P juga.
3.
Jika P dan Q adalah fpe, maka (PvQ), (PÞQ)
dan (P⟺Q).
4.
Tidak ada fpe lainnya.
Ekspresi-ekspresi logika yang dijelaskan
diatas disebut well formed formulae (wff). Jadi, wff adalah fpe, demikian pula
sebaliknya. Ekspresi logika disebut wff karena penulisannya dilakukan dengan
benar.
Contoh 4-3.
AÞ(BÞ(¬Av¬B))
Setiap fpe akan
mengekspresikan proporsi majemuk. Proporsi maju=emuk mempunyai subproposisi
yang bisa berupa konjungsi, disjungsi dan sebagainya. Tetapi, bagaimana membuat
suatu proporsisi majemuk dari suatu pernyataan yang cukup panjang.
Contoh 4-4.
1.
Jika dewi lulus sarjana teknik
informatika, orang tuanya akan senang, dan dia dap[at segera bekerja, tetapi
jika dia tidak lulus, semua usahanya akan sia-sia.
Proporsi-proporsi
yang membentuk pernyataan diatas adalah konjungsi, karena akan tetapi di tengah
kalimat lebih sesuai dengan ’dan’.
Contoh diatas,
jika dipisah menjadi skop kanan sebagai berikut:
1.1.
Jika Dewi lulus sarjana teknik
informatika, orang tuanya akan senang, dan dia dapat segera bekerja.
Dengan
1.2.
Jika dia tidak lulus, semua usahanya
akan sia-sia.
Dari kedua skop diatas, masih
berupa proporsi majemuk. Kalimat pertama yang masih memiliki skop kiri dan skop
kana, dapat dipecahlagi seperti berikut:
1.1.1. Jika
Dewi lulus sarjana teknik informatika
1.1.2. Orang
tuanya akan senang, dan dia dapat segera bekerja.
Kalimat terakhir ini juga masih
berbentuk proporsi majemuk, sehingga skop kiri dan skop kanan dapat dipisah
sep[erti berikut:
1.1.2.1.
Orang tuanya akan senang
dengan
1.1.2.2.
Dia dapat segera bekerja
1.2.
Akan dipisah menjadi skop kiri dan skop
kanan sebagai berikut:
1.2.1. Dia
tidak lulus
dengan
1.2.2. Semua
usahanya akan sia-sia
Selanjutnya
diubah menjadi ekspresi logika yang berbentuk proposisi majemuk menjadi fpe
berikut:
A = Dewi lulus
sarjana teknik informatika
B = Orangtua
Dewi senang
C = Dewi bekerja
D = Dewi sia-sia
Maka pernyataan
diatas yang berupa proposisi majemuk dapat diwujudkan dalam fpe berikut
(AÞ(B˄C))˄((¬A)ÞD).
Jika pada
ekspresi logika dia atas dianggap M, maka M adalah ekspresi majemuk yang
dirangkai dari subekspresi-subekspresi. Jiak M berbentuk (P˄Q), maka P dan Q
masing-masing berupa subekspresi. Setiap subekspresi dinamakan immediate
sebexpressions dari M. P dan Q juga dapat berbentuk ekspresi majemuk maka dapat
mempunyai subkepsresi juga.
Maka pada contoh
4-4 diatas
M = (AÞ(B˄C))˄((¬A)ÞD)
P = (AÞ(B˄C))
Q = ((¬A)ÞD)
P masih
mempunyai subekspresi A dan (B˄C), sedangkan (B˄C) masih mempunyai subekspresi
B dan C. Hanya saja jika berbentuk ¬A, maka subekspresinya A.
Salah satu
bentuk yang banyak dibahas dari ekspresi logika adalah literal. Literal adalah
proporsi yang dapat berbentu A atau ¬A dengan A adalah variabel proposisional.
Kedua ekspresi tersebut, merupakan variabel proposisional, maka A, ¬A, B, ¬B
adalah literal-literal, tetapi jika berbentuk ¬(A˄B), maka ini bukan literal.
4.Aturan pengurutan
Ekspresi-ekspresi
logika yang bersifat majemuk yang memiliki banyak subekspresi akan memiliki
banyak tanda kurung biasa karena
berbentuk fpe, sehingga memungkinkan fpe tersebut sulit dibaca.
Contoh
((A˄B)Þ(AvB))
((A˄(BÞ))AvB)
Kedua fpe
tersebut berbeda proses pengerjaanya. Maka harus ada aturan untuk
memprioritaskan penafsiran hasilnya. Aturan ini disebut aturan pengurutan.
Aturan pengurutan digunakan untuk memastika proses pengerjaanya subekspresi.
Berkaitan dengan
perangkai, urutan tersebut berdasarkan hirarki tertinggi:
1.
¬
2.
˄
3.
V
4.
Þ
5.
⟺
Aturan tambahan,
jika menjumpai lebih dari satu perangkai pada hirarki yang sama, maka akan
dikerjakan mulai dari yang kiri.
Contoh 4-5.
1.
(¬A˄B) harus dibaca ((¬A˄B), bukan
(¬(A˄B)).
2.
A˄BvC, harus dibaca ((A˄B)vC), bukan
(A˄(BvC)).
Misalnya (AÞ(B˄C))˄((¬A)ÞD)
dapat disederhanakan dengan mengurangkan tanda kurung biasa menjadi (AÞB˄C)˄(¬AÞD))
tetapi sebaiknya menggukana bentuk yang pertama. Tanda kurung yang terlalu
banyak dan jiak tanda kurung yang sebarnya tidak diperlukan, bahkan membuaty
salah tafsir yang disebut redundansi.
Contoh 4-6.
AÞBÞC
Manakah yang
harus dikerjakan dulu?
Aturan
pengurutan menyebutkan: jika hirarkinya sama, maka pengerjaannya dimulai dari
kiri. Jadi, harus dibaca (AÞB)ÞC, bukan AÞ(BÞC).
BAB V
TAUTOLOGI
1.
Pendahuluan
Salah satu cara
mengubah argumen menjdai suatu ekspresi logika adalah teknik Parsing.
Pembuktian validitas eksprresi-ekspresi logika dari suatu argumen dapat
dilakukan dengan Tabel Kebenaran. Tabel kebenaran mempergunakan aturan-aturan
untuk setiap perangkai. Sebelum mengevaluasi validitas suatu argumen, terlebih
dahulu harus membentuk pernyataan-pernyataan menjadi ekspresi logika.
Contoh
·
Jika Anda mengambil mata kuliah lagika
matematika, dan jika Anda tidak memahami tautologi, maka Anda tidak lulus.
Untuk
membutkikan validitasnya, berilah variabel proposionalyang relevan, misal:
A = Anda
mengambil mata kuliah lagika matematika.
B = Anda
memahami tautologi.
C = Anda lulus.
Dengan demikian,
bentuk ekspresi logikanya sepertio berikut:
(A˄¬B)Þ¬C
Selanjutnya
Tabel Kebenarannya sebagai berikut:
A
|
B
|
C
|
¬B
|
¬C
|
A˄¬B
|
(A˄¬B)Þ¬C
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
Contoh 5-1.
·
Tidak belajar, tidak lulus.
Kalimat tersebut dalam logika
proporsional harus dibaca lengkap, yakni:
·
Jika Anda tidak belajar, maka Anda tidak
lulus
Jadi bentuknya
sekarang yakni terlihat “jika...maka...” lalu diubah menjadi varialbel
proporsional:
A = Anda
belajar.
B = Anda lulus.
Sehingga menjadi
¬AÞ¬B.
Untuk mengubah
pernyataan menjadi ekspresi logika:
1.
Ambil pernyataan-pernyataan yang pendek,
tanpa kata “dan”, “atau”,”jika...maka...”, “jika dan hanya jika”, pada
pernyataan tersebutyang bia dijawab benar atau salah.
2.
Ubahlah pernyataan-pernyataan yang
pendek tersebut dengan variabel-variabel proposional.
3.
Rangkailah variabel-vareiabel
proposional dengan perangkai yang relevan.
4.
Bentuklah menjadi proposi majemuk jika
memungkinkan dengan memberi tanda kurung biasa yang tepat.
Contoh 5-2.
·
Jika Bada belajar rajindan sehat, maka
Badu lulus ujian, atau jika Badu tidak belajar rajin dan tidak sehat, maka Badu
tidak lulus ujian.
Langkah
pengerjaaanya sebagai berikut:
Langkah 1.
Menentukan
proporsi-proporsi yang tepat:
1.
Badu belajar rajin.
2.
Badu sehat.
3.
Badu lulus ujian.
Langkah 2.
Mengganti proposisi
dengan variabel proposisi
A = Badu belajar
rajin.
B
= Badu sehat.
C = Badu lulus
ujian.
Langkah 3.
Perangkai yang
relevan adalah implikasi, negasi, atau, dan.
Langkah 4.
Unah menjadi
ekspresi logika berupa proposisi majemuk.
((A˄B)ÞC)v((¬A˄B)ÞC.
2.
Tautologi
Jika pada tabel
kebenaran untuk semua pasangan nilai variabel-variabel proporsional yang ada
bernilai benar atau T, maka disebut tautologi.
Contoh 5-3.
Buktikan apakah
(Av¬A) adalah tautologi?
Cara
membuktikannya adalah dengan membuat tabel kebenarannya.
A
|
¬A
|
Av¬A
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
Jadi (Av¬A)
adalah tautologi.
3.
Kontradiksi
Kebalikan dari
tautologi, adalah kontradiksi, yaitu jika pada semua pasangan nilai dari tabel
kebenaran menghasilkan F.
Contoh 5-4.
·
A˄¬A
Tabel
kebenarannya adalah sebagai berikut:
A
|
¬A
|
A˄¬A
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
·
Jadi A˄¬A adalah kontradiksi.
4.
Contingent
Jika semua nilai
kebenaran menghasilkan nilai F dan T disebut contingent atau formula campuran.
Contoh 5-5..
((A˄B)ÞC)ÞA
Tabel
kebenarannya sebagai berikut:
A
|
B
|
C
|
A˄B
|
(A˄B)ÞC
|
((A˄B)ÞC)ÞA
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
Sehingga ((A˄B)ÞC)ÞA
merupakan contingent.
BAB VI
EKUIVALEN LOGIS
1.
Pendahuluan
Jika suatu ekspresi logika termasuk
tautologi, maka ada implikasi logis uamg diakibatkannya, yakni jika dua buah
ekspresi logika ekuivalen, contohnya: A⟺B
adalah ekuvallensi secara logis jika terbuktitautologi.
2.
Ekuivalensi logis
Proposisi A dan
B disebut ekuivalensi secara logis jika A⟺B
adalah tautologi. Notasi atau simbol A ≡ Bmenandakan bahwa A dan B adalah
ekuivalensi secara logis. Proposisi dapat diagnti dengan kespresi logika berupa
proposisi majemuk.
Contoh 6-1.
1.
Dewi sangat cantik dan peramah.
2.
Dewi peramah dan sangat cantik.
Kedua pernyataan
diatas, tanpa dipikir panjang, akan dikatakan ekuivalen atau sama saja. Dalam
bentuk ekspresi logika dapat ditampilkan berikut ini:
A = Dewi sangat
cantik.
B = Dewi
peramah.
Maka ekspresi
logika tersebut adalah
1.
A˄B
2.
B˄A
jika dikatakan kedua buah ekspresi
logika tersebut ekuivalen secara logis, maka dapat ditulis:
3.
(A˄B)≡( B˄A)
Ekuivalensi
logis dari kedua ekspresi logika dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran
berikut ini:
A
|
B
|
A˄B
|
B˄A
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
3.Komutatif
Pada bagian di
atas sudah dibahas bahwa (A˄B) ≡ (B˄A). Pada perangkai ˄ tersebut, variabel
kedua proporsional dapat saling berganti tempat tanpa mengubah nilai kebenaran
dari kedua ekspresi logika karena tetap memiliki nilai kebenaran yang sama. Hal
ini disebut komutatif.
Jadi (A˄B)≡(
B˄A).
Demikian juga
perarnagkai v, maka: (AvB)≡(BvA).
Demikian juga
perarnagkai ⟺,
maka: (A⟺B)≡(B⟺A).
Sifat komutatif
dari ketiga perangkai di atas dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran. Akan
tetapi, perangkai Þ, tidak bersifat komutatif, sehingga (AÞB)≡(BÞA)
memiliki nilai kebenaran yang berbeda. Perhatikan tabel berikut.
A
|
B
|
AÞB
|
BÞA
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
Jadi terbukti
bahwa kedua ekspresi logika AÞB dengan BÞA keduanya tidak
ekuivalensi.
4.
Assosiatif
Penempatan tanda
kurung biasa pada suatu ekprsi logika memegang peranan penting,karena tanda
kurung berarti meminta proses dikerjakan terlebih dahulu pada tanda kurung
terdalam. Jika diterapkan pada dua buah ekspresi logika, penempatan tanda
kurung biasa dapat diubah,tetpi tidak mengubah nialai kabenarannya pada tabel
kebenaran yang dibuat. Perhatikan berikut:
A
|
B
|
C
|
A˄B
|
(A˄B)
˄C
|
B˄C
|
A˄(B˄C)
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
Jaid terbukti
bahwa ((A˄B) ˄C)≡ (A˄(B˄C)) dan karena anda kurungnya bisa dipindahkan dan
tidak mngubah nilai kebenarannya, maka disebut asosiatif.
Hukum De
Morganperhatikan berikut ini:
1. ¬(A˄B) ≡¬A˅¬B
2. ¬(A˅B) ≡¬A˄¬B
Pembuktian hukum
D morgan juga dapat dibuktikandengan tabel kebenaran. Seperti hukum-hukum
lainnya, sebuah hukum juga dapat diberlakukan terbalik, jadi ¬(A˄B) ≡¬A˅¬B
tetap akan sama dengan ¬(A˅B) ≡¬A˄¬B. Untuk hukmu-hukum lainnya, perhatikan
contoh berikut:
Contoh 6-2.
1. jika Badu
tidak sekolah, maka Badu tidak akan pandai.
2. jika Badu
pandai, maka Badu pasti sekolah.
Untuk
membuktikan ekuivalensi kedua pernyataan tersebut harus diubah mendaji ekspresi
logika seperti berikut:
A = Badu
sekolah.
B = Badu pandai.
Maka akan
menjadi:
1.
¬AÞ¬B
2.
BÞA
Pembuktian
ekuivalensi dilakukan dengan tabel kebenaran seperti berikut:
A
|
B
|
¬A
|
¬B
|
¬AÞ¬B
|
BÞA
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
Jadi terbukti
bahwa
¬AÞ¬B≡BÞA
Sekarang dengan
perangkai ⟺
ekuivalensi. Ekuivalensi antara dua ekspresi logika ini dapat dibuktikan dengan
tabel kebenaran:
1.
A⟺B
2.
(AÞB)˄(BÞA)
Tabel
kebenarannya sebagai berikut:
A
|
B
|
A⟺B
|
AÞB
|
BÞA
|
(AÞB)˄(BÞA)
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
T
|
Jadi dapat
dibuktikan bahwa
A⟺B≡(AÞB)˄(BÞA)
Dalam bahasa
lainnya, maka:
1.
Jika A dan B mempunyai nilai kebenaran
yang sama, maka...
2.
Jika A maka B, dan jika B maka A.
Sekarang
perhatikan pada tabel kebenaran berikut untuk membuktikan A˄B≡¬(¬A˅¬B).
A
|
B
|
A˄B
|
¬A
|
¬B
|
¬A˅¬B
|
¬(¬A˅¬B)
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
T
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
Jadi dapat dibuktikan bahwa:
A˄B≡¬(¬A˅¬B)
Atau perangkai ˄
dapat diganti dengan kombinasi perangkai ¬ dan ˅, demikian juga di atas bahwa
perangkai ⟺
dapat digantikan kombinasi ¬ dan ˅.
A⟺B≡(AÞB)˄(BÞA)
≡(¬A˅B)˄(¬B˅A)
Selanjutnya,
hukum De Morggan dapat dimodifikasi seperti berikut untuk lebih
sederhananya. Lihat hukum De Morgan
ke-1.
¬(A˄B) ≡¬A˅¬B
¬¬(A˄B)
≡¬(¬A˅¬B)
A˄B ≡¬(¬A˅¬B)
Dalam tautologi,
nilai kebenaran dapat diganti seperti berikut:
True (T) ≡1
False (F)≡0
Sekarang dapat
dicoba pada tebel kebenaran berikut:
A
|
1
|
0
|
A˄1
|
A˄0
|
F
|
T
|
F
|
F
|
F
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
Dengan melihat
nilai pada tabel kebenaran dapat disimpulkan bahwa:
A˄1≡A
A˄0≡0
Dengan tabel
kebenaran juga dapat dibuktikan bahwa:
A˅1≡A
A˅0≡0.
BAB VII
PENYEDERHANAAN
1.
Pendahuluan
Pembahasan mengenai ekuivalensi
logis, termasuk di dalamnya ekuivalen dan penemuan hukum-hukum pokoklogika yang
diperoleh dari ekuivalensi ekspresi logika melalui pembuktian dengan taebl
kebenaran sudah dibahas sebelumnya. Bab
ini akan membahas penggunaan hukum-hukum logika
2.
Operasi penyederhanaan.
Perhatikan
opreasi penyederhanaan berikut dengan hukum yang digunakan tertulis di sisi
kanannya. Pernyederhanaan ekspresi logika atau bentuk-bentuk logika ini dibuat
sesederhana mungkin dan sudah tidak dimungkinkan dimanipulasi.
Contoh 7-1.
(A˅0)˄(A˅¬A) ≡ A
˄(A˅¬A)
≡ A
˄1
≡ A
Contoh 7-2.
(A˄¬B)˅(A˄B˄C) ≡
(A˄¬B)˅(A˄(B˄C))
≡
A˄(¬B˅(B˄C))
≡ A˄((¬B˅B)˄(¬B˅C))
≡
A˄(1˄(¬B˄C))
≡
A˄(¬B˄C)
3.
Menghilangkan perangkai Þ dan ⟺.
Perangkai implikasi dapat digunakan
hukum logika pada tabel Bab 6 yaitu:
1.
AÞB ≡ ¬A˅B
Sedangkai untuk perangkai
ekuivalensi dapat digunakan ekuivalen logis berikut:
2.
A⟺B
≡ (A˄B)˅(¬A˄¬B)
3.
A⟺B
≡ (AÞB)˄(BÞA)
Contoh 7-3.
A⟺B ≡ (AÞB)˄(BÞA)
≡(¬A˅B)˄(¬B˅A)
≡(¬A˅B)˄(A˅¬B)
4.
Perangkai dasar
Perangkai dasar
atau perangkai alamiah hanya ada 3, yakni ˅,˄, dan¬. Ketiga perangkai ini mampu
menggantikan semua perangkai lainnya dengan mengkombinasikan ketiga perangkai
tersebut. Oleh karena itu, perangkai dasar dapat juga disebut perangkai cukup.
Ketiga perangkai dasar inilah yang membentuk gerbang-gerbang yang menjadi dasar
sistem digital, yakni gerbang dan, gerbang atau dan gerbang tidak. Perhatikan
contoh berikut:
Contoh 7-4.
¬(A˄¬A) ≡¬A˅¬¬A
≡¬A˅A
Sampai disni
sudah terbukti, tetapi masih dapat disederhanakan.
≡1.
DOWNLOAD
About Admin
This is dummy text. It is not meant to be read. Accordingly, it is difficult to figure out when to end it. But then, this is dummy text. It is not meant to be read. Period.
ConversionConversion EmoticonEmoticon